Kakak… Adik…

Menyebalkan, ketika adikmu melampauimu. Tapi, kau akan tetap membanggakannya pada teman-temanmu.

Menyebalkan, ketika orangtua mu berseru bangga atas adikmu. Tapi, diam-diam kau juga merasa bangga.

Menyebalkan, ketika temanmu berkata “Adikmu hebat, beda denganmu.” Tapi, kau membenarkannya.

Menyebalkan, ketika ia mendapat beragam penghargaan. Tapi, kau akan berkata “Dia memang pantas dapat penghargaan. Beda denganku.”

Menyebalkan, ketika ia bertanya suatu hal padamu, namun kau tak dapat menjawabnya. Kau kecewa pada dirimu sendiri.

Masih banyak pula hal ‘menyebalkan’ lainnya. Bagaimana tidak, dia melampauimu begitu jauh. Dia adalah ‘adik’, dan kau adalah ‘kakak’.

Lalu,apa yang harus kulakukan?

Berjuang! Susul dia! Kau juga bisa seperti dulu, melebihi dia.

Tapi, dia sudah melangkah terlalu jauh. Bahkan mungkin aku tak melihat bayangannya.

Cari! Carilah cara untuk melihat bayangannya, bahkan melihat dirinya.

Bagaimana caranya? Aku kelelahan. Aku letih. Batinku lelah.

Ayolah, kau tidak sendiri. Selalu ada yang mendukungmu. Kau hanya tak merasakannya.

Jangan bodoh! Bagaimana mungkin aku tak merasakannya?

Pikiran negatifmu. Keputus asaanmu. Itu membentuk benteng yang kuat dan tinggi sehingga kau tak dapat melewatinya. Buang! Buang pikiran negatifmu. Dan benteng itu akan hancur dengan sendirinya.

Lalu, jalan apa yang akan kutempuh untuk menyusulnya? Jalan yang telah dia tempuh terlalu berat untukku.

Sudah kubilang, cari! Tempuh jalan lain yang bisa kau tempuh. Lakukan apa yang kau bisa. Sedangkan dia tak bisa. Kau adalah kau. Dia adalah dia. Kalian tak sama. Kalian beda.

Kau tertegun. Tiba-tiba senyuman langsung kembali menghias wajahmu. Hal yang lama tidak kau lakukan.

Menyebalkan, kau tetap tidak seperti dia. Dia mendapat penghargaan, kau tidak.

Tapi, aku tahu. Kau tersenyum. Kau sudah mengetahui jalan yang kau tempuh. Perlahan namun pasti. Semua akan mengerti. Kalian bersaudara, tapi kalian tak sama. Kalian beda.

***

Tinggalkan komentar